Badan Eksekutif Mahasiswa Indonesia Yaman

Selasa, 29 November 2011

Sang Pelopor

Penulis: Firmansyah

Sejenak kita merenungkan, fitnah akhir zaman yang nyata didepan mata. Dimana kemaksiatan merajalela, perbuatan dosa dianggap biasa, penistaan terhadap agama secara terbuka, penyesatan dan pemurtadan dimana-mana, serta terbaliknya tata nilai kemanusiaan yang sangat jauh dari fitrah yang hakiki, yang haq diperangi sedangkan yang batil dibela.
Kita menyaksikan permasalahan umat islam yang sangat komplek dari berbagai aspek yang saling berkelindan, kemudian kita saksikan perpecahan yang terjadi dalam tubuh umat disebabkan “penyakit” egoisme dan fanatisme golongan yang berlebihan, sehingga menambah permasalahan bertambah rumit dan sulit untuk dipetakan solusinya.

Sebagai umat islam, kita memiliki manhaj atau konsep yang telah dituntun oleh syari’at, agar kita tidak keluar dari trek syari’at dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup dan termasuk menghadapi fitnah akhir zaman ini. Kita yakini dan saksikan, masa ini sedang terjadi, hal ini sebagaimana telah Rasulullah saw peringatkan kepada umatnya, agar senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Dan fitnah ini, merupakan ujian bagi umat islam, sejauh mana mereka menghadapinya, karena segala gerak gerik, segala tingkah laku akan dipertanggung jawabkan. Apakah mereka sabar, tawakal dan senantiasa memegang teguh keimanan dengan upaya yang sunguh-sungguh untuk merubah keadaan kepada yang lebih baik?!, ataukah terjatuh dan menyerah kepada kenistaan dan lari menuju kekufuran?!. Naudzubillahi mindzaalik. 
ALLOH Subhanahu Wa Ta’ala menjanjikan, bahwa umat islam akan kembali memimpin dunia ini dengan syari’at, yang ditandai dengan tegaknya khilafah. Hal tersebut merupakan salah satu “motivasi imani” yang dapat kita jadikan sebagai tonggak harapan, karena umat islam adalah umat yang pantang menyerah dan berputus asa dari Rahmat-Nya. Dan kita yakini peristiwa itu akan terjadi, karena itu merupakan irodah kauniyyah ALLOH yang mutlak terjadi, sebagaimana ALLOH berfirman : “ALLOH telah menjanjikan kepada orang-orang dintara kamu yang beriman dan megerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Tetapi barang siapa tetap kafir setelah (janji itu), maka mereka itulah orang-orang fasik”. QS. An-nuur : 55. Prasyarat yang terkandung dalam ayat tersebut yaitu : iman, amal soleh dan tauhidullah dalam ibadah, ketiga syarat ini merupakan hal yang substansial, demi terjadinya perubahan dan umat islam kembali memimpin dunia dengan syari’at-Nya.
Untuk memulai langkah menuju perubahan tersebut, perlu adanya penyadaran bahwa perubahan, tidak akan terjadi apabila kita tidak merubah keadaan kita sendiri, ALLOH berfirman : “Sesunguhnya ALLOH tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri merekasendiri”. QS. Ar-Ra’d : 11. Hukum kausalitas (sebab akibat) yang digambarkan dalam ayat diatas, mengisyaratkan bahwa perubahan akan terjadi ketika suatu umat sadar akan keadaannya dan memiliki keinginan untuk berubah kepada kondisi yang lebih baik.
Merupakan sunnatullah, bahwasannya ALLOH senantiasa mengutus kepada manusia pada setiap generasi atau zaman, seorang Nabi atau Rosul yang menyerukan tauhidullah dan menunjukan jalan keselamatan. Nabi dan Rosul tidak hanya menyampaikan konsep, akan tetapi sekaligus menterjemahkan konsep yang mereka sampaikan dengan menampakkan suri tauladan yang baik, dalam kegenap aspek kehidupan. Dan mereka merupakan para pelopor dalam membumikan dinullah yang mulia ini. Sebagaimana firman ALLOH : “Sungguh telah ada bagi kalian, pada diri Rosul-rosul( utusan-utusan) ALLOH suri tauladan yang baik…”. QS. Al-Ahzab : 21
Melihat kenyataan kondisi umat islam yang sedang mengalami “lemah iman” ini, tentunya kita memiliki cita-cita dan harapan akan terjadinya perubahan umat yang lebih baik dan kita turut andil dalam perubahan tersebut, karena hal itu merupakan tuntutan kewajiban setiap muslim secara umum, dan lebih khusus kita sebagai wakil dari umat dan pengemban amanah dakwah, hendaknya kita menjadi pelopor perubahan agent of change, yang senantiasa berada didepan dalam kebaikan, menjadi pelopor membangkitkan umat dari keterpurukan dan pencerah dari kebodohan.
Kebangkitan dan perubahan umat mustahil terjadi apabila kader-kader pelopor umat, “masih harus selalu dibangunkan dari tidurnya yang lelap, masih terbelakang dalam kebaikan dan lebih buruk lagi, acuh terhadap kondisi umat”. Untuk itu sebelum melakukan perubahan universal yang akan berefek kepada alam semesta, seorang pelopor hendaknya menatata dan memperbaiki diri serta keluarganya terlebih dahulu, disamping melangkah berproses kepada umat yang lebih luas.
Sebagaimana kita bercermin kepada Rosulullah saw, pada masa awal perjalanan dakwahnya, beliau berdakwah terlebih dahulu kepada keluarga terdekatnya, seperti istrinya anaknya dan kaum atau kabilahnya. Sebagaimana firman ALLOH : “wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu ddan keluargamu dari api neraka…”. Q.S. Attahrim : 6. Dalam hal perubahan, yang harus kita jalani ialah perubahan diri kita, kemudian keluarga kita. Rasulullah saw, menekankan pentingya biirulwalidain, sebagaimana sabdanya : yang diriwayatkan Dari Abi Huraoiroh : “Rasulullah saw, naik keatas mimbar, kemudian berliau berkata : Aamiin, aamiin, aamiin. Sahabat bertanya kepadanya : wahai rasulullah apa gerangan yang engkau melakukan ini (mengucapkan aamiin 3 kali), beliau menjawab : Jibril berkata kepadaku: celakalah seorang hamba, mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya, tapi dia tidak dapat memasukannya (membawa mereka kejalan) syurga, maka aku ucapkan : aamiin. Kemudian berkata : celakalah seorang hamba, mendapati ramadhan, tapi  tidak  mendapatkan ampunan dari ALLOH atas dosanya, maka aku ucapkan : aamiin, kemudian berkata : celakalah seseorang ketika disebutkan disisinya (mendengar) namamu, kemudian dia tidak bershalawat atasmu, maka aku ucapkan : aamiin. (Bukhori : Adabul mufrod: !/225)
Wahai para pelopor, bersyukur kita sampai saat ini masih diberikan kesempatan untuk menuntut ilmu, yang tujuan utamanya adalah menghilangkan kebodohan dari dari kita dan merubah diri kita menjadi lebih baik, sebagai langkah menuju perubahan umat dimasa yang akan datang. Kita sadari bahwa kehormatan, kebangkitan dan kejayaan diin berada diatas pundak kita, karena kita adalah orang-orang terpilih untuk menjadi anshorulloh (ingsyaALLOH), hal ini merupakan tugas yang mulia dan sekaligus merupakan pilihan kita sebagai bentuk pembuktian komitment kita sebagai hamba-NYa.
Proses perbaiki diri, merupakan proses yang berkesinambungan, yang mungkin akan terus berposes selama hidup kita. Proses perubahan harus senantiasa diiringi dengan peningkatan kualitas ilmu, pengamalan dan kesunguhan untuk terus berubah. ALLOH berfirman : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, niscaya Kami tunjukan jala-jalan Kami. Dan sungguh ALLOH, beserta orang-orang yang berbuat baik”. QS. Al-Angkabut : 69
Disamping proses perubahan diri terus berjalan, hendaklah kita mengiringinya dengan proses perubahan umat, dengan mengamalkan konsep amar ma’ruf nahi mungkar, yang sesuai dan sejalan dengan syari’at, serta  menumbuhkan kepekaan dan kesadaran terhadap kondisi lingkungan kita. 
Kesuksesan dalam perubahan, bukan hanya diukur berapa banyak prestasi yang diukir, akan tetapi kesuksesan pula diukur sejauh mana kesungguhan dan motivasi untuk terus bangkit dari kegagalan, yang disertai evaluasi objektif yang membangun. Dan sumber motivasi perubahan yang utama adalah do’a yang istiqomah nan ihklash, kepada Yang Maha Memiliki segala kekuatan, sehingga perubahan yang kita harapkan dan cita-citakan akan terus menjadi bahan bakar dan kekuatan yang senantiasa mengalir dalam ruh dan jiwa raga kita. Wallaahu’alam bissowaab.

“Ya, ALLOH, perbaikilah bagi kami perkara agama kami, yang itu merupakan seutama-utamanya urusan kami. Dan perbaikilah bagi kami, perkara dunia kami, yang merupakan tempat hidup kami. Dan perbaikilah bagi kami, perkara akhirat kami, yang merupakan tempat  kembali kami. Dan jadikanlah bagi kami, kehidupan sebagai tambahan segala kebaikan bagi kami. Dan jadikanlah bagi kami, kematian sebagai istirahat bagi kami dari segala keburukan”, aamiin.

Sang Pelopor Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Lukman el-Hakim