Badan Eksekutif Mahasiswa Indonesia Yaman

Selasa, 29 November 2011

Bukan Perbedaan Namun Hanya Keberagaman

Allah subhana wataala berpesan kepada kita bahwa, keanekaragaman , bangsa dan suku tujuannya adalah untuk saling mengenal dan seseorang yg paling dimuliakan disisi allah tolak ukurnya adalah ketakwaan,
Tidak bisa kita pungkiri sebuah Keanekaragaman adalah sunnatullah , baik dari sisi sifat manusia yang berbeda beda, ataupun dari sisi kecendrungan memilih sebuah pekerjaan.
Dulu imam malik rhodiallahu anhu,sangat memperhatikan penampilannya dalam berpakaian, dan beliau mengaggap itu semua sebagai pemulian terhadap sebuah ilmu, dan kewibawaan seorang ulama, beliau mengatakan " adalah sebuah kesopanan dan adab bagi seorang alim ulama, untuk memilih pakaian yang bagus, kemudian memakainya dan memperlihatkannya, dan seyogyanya bagi para alim ulama dilihat oleh orang selalu dalam keadaan berpakaian yang indah dan memakai imamah yang bagus" Dikesempatan yang lain sang imam darul hijrah ini menjelaskan "saya selalu suka orang yang diberi kenikmatan oleh Allah subhanawataala kemudian menunjukan  nikmat tersebut secara lahir, terkhusus bagi para alim ulama sebagai tanda penghormatan dia terhadap ilmu"
sang imam malik selalu  memakai pakaian yang indah dan bagus dari jenis pakaian aden yang berkwalitas, atau pakaian khurosan dan mesir yang top.
Sampai diriwayatkan ketika beliau wafat, didapati barang peninggalan beliau terdapat 500 pasang sandal, seratus imamah, dan 629 dinaar dan 1000 dirham
Imam dzhabi mengatakan " sejak dahulu sebagian para ulama besar, biasa berdandan, dan mempunyai rumah yang bagus, dan kenikmatan lahir , mempunyai selera tinggi di dunia dan akherat, menerima hadiah, dan juga beramal sholih"
Semua ini mengingatkan kita dengan  firman Allah "wahai para rosul  makanlah dari sesuatu yang baik dan beramallah sholih (almukminun;51)
Dan hadist nabi "bahwasanya Allah menyukai orang yang memperlihatkan  hasil nikmat yang Allah berikan "-hr tirmizi dan baihaqi-
Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Gaya hidup seperti ini termasuk syar'i , dan sebuah kesalahan kita mencemooh seorang ulama disebabkan karena dia kaya dan berpenampilan menarik, seakan2 dalam pandangan pencemooh seorang ulama harus lusuh, dan tidak peduli terhadap dunia, dan melupakan hadist "bahwasanya allah itu indah dan mencintai keindahan "–hr muslim-
Dan ada juga para ulama yang  menjalani gaya hidup yang berbeda dari contoh yang pertama,  dengan  berpakaian yang biasa , dan hidup dalam kesederhanaan. Ibnu jauzi menceritakan cuplikan kesederhanaan imam ahmad rodhiallahu anhu dalam manaqibnya " pernah imam ahmad menggadaikan sendalnya kepada tukang roti, untuk mendapatkan sebuah makanan, pernah juga sang imam menjual jubahnya , untuk membeli pakaian"
Imam marwadzi mengisahkan  bahwasanya imam ahmad pernah memberikan khuf nya kepadanya, untuk diservis, setelah beliau memakainya selama 10 tahun, dan didapati di khuf tersebut 6 lubang "
Beginilah sekelumit keanekaragaman para ulama-belum lagi kisah2 para sahabat nabi-, diantara mereka ada yang berjalan kepada kecondongan kepada sesuatu yang indah dan berkwalitas ternama,  ada juga yang memilih jalan hidup zuhud dan berpaling terhadap dunia, berpegang terhadap hadist" kesederhanaan  termasuk keimanan"  –hr ahmad ibnu majah , timizi-
Beginilah kehidupan bermasyarakat yg biasa kita lihat, selalu ada keanekaragaman, dan seharusnya tidak ada cemooh satu sama lain ketika mereka memilih gaya hidup yg berbeda –selama dalam syariat-  , diantara kita ada yg kaya dan dan miskin, dan semua itu juga berdampak kepada sebuah gaya hidup yang kita pilih, adanya keanekaragaman sifat dan tabiat yang seandainya kita paksakan didalam satu jalan saja, akan membuat kesulitan dan efek buruk pada masyarakat.
Sebuah kemiskinan atau kekayaan tidak bisa secara mutlak sebagai barometer kita memuji seseorang,
Dalam sebuah hadist qudsi "bahwasanya dari hambaku ada yang  tidak menjadi baik  melainkan  dalam keadaan faqir, seandainya aku beri dia kekayaan, pasti akan merusaknya, sebagian hambaku ada yang tidak menjadi baik  melainkan dalam keadaan kaya, seandainya aku berikan dia kefakiran pasti akan merusaknya, sebagian hambaku ada yang tidak menjadi  baik ,kecuali dalam keadaan sehat, kalau aku beri sakit pasti itu akan merusaknya, sebagian dari hambaku ada yang tidak menjadi baik kecuali dalam keadaan sakit, seandainya aku sembuhkan ia, pasti akan merusaknya, saya lebih tau tentang hambaku, saya maha mengetahui dan maha melihat  tentang keadaan mereka "–hr  ibnu asyakir, baghowi-
Mudah2an kita selalu siap untuk menjadi hamba Allah yang kaya lagi bersukur atau miskin namun penyabar, dan menjadi wali allah yang beriman dan bertaqwa , sebagai mana perkataan ibnu taimiah " para wali allah adalah orang yang beriman dan bertaqwa, siapapun mereka, baik itu orang faqir, sufi, faqih , ulama, pedagang, tentara, produsen, pempimpin, hakim, dan lainnya. Allah berfirman "ketahuilah wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati. Yaitu orang orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa(yunus 62-63)" –majmuk fatawa 11/23-
Waallahu alam bishowab 

www.bemiyaman.web.id

Bukan Perbedaan Namun Hanya Keberagaman Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Lukman el-Hakim