Badan Eksekutif Mahasiswa Indonesia Yaman

Selasa, 29 November 2011

Bersikap Adil


Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah mengatakan : ”Bahwasnya sebuah bantahan yang hanya berdasarkan makian dan cemoohan tidak akan membuat seorangpun yang dibantah menjadi lemah, seandainya seseorang berdialog dengan orang musyrik ataupun ahlul kitab, maka diharuskan baginya untuk menjelaskan hujjah yang membuat jelas bahwa kebenaran ada pada dirinya dan kebathilan ada pada mereka”. Majmu' fatawa 4/186

Ibnu Qoyyim menambahkan : ” Sjak kapan penipuan dan cemoohan dan kebohongan diterima oleh suatu ajaran agama?! dalam syariat siapa?!, Dalam politik mana?!. (I’lam muwaqiin)

Ibnu Wazir berkata : “ Bahwasannya sudah menjadi kebiasaan para ahli ilmu, orang-orang besar, ahlul islam baik salaf maupun kholaf, ahli bid'ah, ahli kalam, mereka seluruhnya menisbahkan perkataan seseorang tanpa ada tambahan cemoohan hinaan, aniaya, ataupun tekanan, lidah mereka bersih dari menjelek-jelekan orang bodoh, buku-buku karya mereka bersih dan bebas dari apa-apa yang menujukan mereka tidak bersikap adil dan tidak objektif, karena mereka mengetahui bahwa membodoh-bodohi seseorang tidak akan menghasilkan apapun, seperti yang difirmankan oleh Allah : “ Allah tidak menyukai ucapan buruk yang diucapkan terus terang kecuali orang yang teraniaya". Q.S. Al-Maidah : 148. (Al -‘Awasim wal qowasim)

Musibah yang sedang terjadi sekarang ini adalah tersebar luasnya cemoohan pelecehan, dan penyematan laqob-laqob jelek, padahal perbuatan seperti itu tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang tidak mempunyai hujjah yang kuat dan tidak mampu berdiskusi.

Syeikh Ustaimin mengatakan : “ Memberi laqob jelek bukan lah dari kebiasaan para ulama dan bukanlah termasuk adab mereka, seandainya anda punya ilmu, anda boleh membantah. Seandainya anda tidak punya ilmu, tidak usah membantah. Kebenaran tetap akan datang tanpa anda menyertai bantahan anda dengan pelecehan dan pemberian laqob jelek…. Anda cukup ngatakan “ pendapat ini lemah, dan pendapat yang benar adalah begini, selesai perkara”.(Syarh siyasah syar’iyyah)

Allah subhanahu wa taala berfirman : ” Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran, karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, berlaku adil lah kamu. Karena adil itu lebih dekat kepada ketaqwaan”. QS. Al-Maidah : 8
Imam Qurtubi mengatakan : “ ayat ini menunjukan bahwa kekufuran seorang yg kafir tidak menghalanginya untuk tetap mendapatkan keadilan. (Jami' ahkam quraan). Apabila Islam melarang kita untuk tetap berbuat adil terhadap orang-orang kafir, maka sudah semestinya kita harus tetap bersikap adil terhadap orang-orang yang fasik, orang yang berbeda pendapat dengan kita, ataupun orang yang kita anggap bid'ah.

Mari sama-sama kita jaga lisan kita dari cacian terhadap orang yang berbeda pendapat dengan kita dan selalu bersikap adil kepada siapapun dan terus menjaga semangat kita dalam menuntut ilmu dan berdakwah, hingga Allah memberi cahaya hidayah kepada kita.

Ketika kita mendapatkan perbedaan pendapat diantara ulama, maka wajib untuk mencari dalil dari Al-Qur^an , as-sunnah, ijma' dan qiyas, apabila dalil-dalil tersebut sama kuatnya, maka diharuskan untuk lebih memilih yang paling dekat dari apa-apa yang disebutkan dari Al-Kitab dan As-Sunnah, apabila tidak terlihat jelas mana yang lebih dekat, diharuskan baginya untuk tawaquff (berhenti menghukumi perkara tersebut) dan tidak boleh menetapkan kecuali dengan keyakinan. -Ibnu Abdil Barr- .(Jami bayanul ilm1/80)

Ada sebuah buku yang menurut kami bagus untuk dibaca bagi mereka yang berkecimpung dalam dakwah, dan cukup memberikan kejelasan dalam perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam medan dakwah, sebuah buku karangan Dr. Solah Showi yang berjudul “atsawabit wal mutaghoyirot” (perkara perkara yang tetap, dan perkara perkara yang bisa berubah- terjemahan bebas-)

Waallaahu a’lam

www.bemiyaman.web.id

Bersikap Adil Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Lukman el-Hakim