Badan Eksekutif Mahasiswa Indonesia Yaman

Selasa, 29 November 2011

Ayyuhal 'Aalam, Qoothi'uu Ka'sal Aalam!

Penulis: Abu Kafa


Alhamdulillah, Allohumma sholli ala man la nabiya ba'dah. Wa ba'd:
Tidak asing bagi kita apa yang disebut sebagai World Cup (piala dunia, ka'sal alam), walaupun ada diantara kita yang mungkin sama sekali tidak pernah melihatnya, tentunya dia pernah mendengar istilah tersebut. Segala persiapan dan latihan dilakukan untuk memperebutkan piala dunia ini, dari babak penyaringan sampai akhirnya babak final. Begitu juga persiapan setiap negara untuk ikut berusaha berpartisipasi merebutkan piala dunia, sering kita mendengar negara ini atau itu sedang mempersiapkan diri untuk bertekad memenangkan piala dunia.

Saya di sini tidak akan membicarakan apakah piala dunia itu halal ataukah haram, biarlah istinbath hukum piala dunia ini ditangani oleh para ahlinya, oleh para ulama dan mufti.

Saya hanya ingin mengajak para pembaca budiman untuk sekedar merenung bersama tentang persaingan-persaingan yang terjadi saat perebutan piala dunia, tentang piala dunia itu sendiri; tentang masa singkat yang membuat dunia tergoncang, tergetar, tangis menangis, hura-hura, gegap gempita, bergemuruh lalu dengan sekejap saja tenang kembali setelah satu kesebelasan tertentu yang mewakili suatu negara memenangkan piala dunia.

Saat kita selesai merenungkan ini semua, kita akan menemukan bahwa piala dunia, perlombaan, persaingan, pertikaian, perjudian di dalamnya adalah terlalu berlebihan. Kita sering mendengar, bahkan menjumpai seseorang (bahkan teman kita sendiri) yang gigih mengikuti setiap pertandingan dari babak ke babak, ikut menyemangati pemainnya yang dilihatnya di dalam layar kaca; kadang-kadang sampai berteriak-teriak histeris memberi dukungan, lalu saat jagonya keok, tanpa disadarinya ia menangis, sedih dan bahkan sampai teriak-teriak dan uring-uringan. Ada juga rekan, yang saat jagonya menang, ia bersorak ria, kadang-kadang sampai melompat-lompat saking bahagianya, lalu karena rasa syukurnya itu dia mentraktrik semua orang satu imaroh di rumah makan Hadhro', dan masih banyak lagi model-model luapan emosi para pendukung fanatic piala dunia. Tapi, mungkinkah kita berfikir sedikit apa di balik luapan emosi mereka itu? Adakah pertanyaan yang terbesit saat kesadaran mereka tumbuh kembali, "Apa yang mereka dapatkan dari luapan perasaan bahagia, atau sedih itu?", "Apa yang mereka dapatkan dari piala dunia, apakah pemenangnya akan memberi imbalan kepada kita?!" Wa Hum Yakhrujuna Bila Syai'!!!

Coba kita lihat di sekeliling kita, orang-orang sholih, rekan-rekan (atau masyayikh) yang benar-benar mawas diri baik dari Yaman atau Indonesia. Mereka berlomba-lomba untuk menghidupkan malam karena Alloh, mereka bersaing memperbanyak sholat, puasa karena Alloh, berkompetisi untuk melaksanakan amalan sholeh secara diam-diam, tenang dan damai. Mereka bahagia karena rahmat dan anugrah Alloh. Mereka bertaubat kepada Alloh dan meminta ampunannya, begitulah mereka menghidupkan malam dan siang mereka karena Alloh, mereka menangis karena Alloh, menangis karena dosa mereka. Bukan menghidupkan malam dengan terbengong di depan layar untuk menyaksikan piala dunia, bukan menangis karena piala dunia!

Jam demi jam berlalu, hari dan malam silih berganti, golongan orang-orang sholih dan mawas diri akhirnya memperoleh hal-hal yang lebih berharga dan agung dari pada gemuruhnya layar kaca!

Mereka memperoleh hal yang lebih memberi manfaat mereka pada yaumun la yanfa'u dinarun wa la dirhamun. Mereka mendapatkan sesuatu yang membuat mereka bahagia di hari itu, saat salah satu dari mereka menghadap dan berdiri di hadapan Alloh untuk mendapatkan hal yang lebih mulia dan berharga dari pada ka'sal alam; mereka mendapatkan kitabnya  dengan tangan kanan; dengan bahagia mereka mengatakan:

"Maka Dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin, bahwa Sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku." (QS: Al-Haaqqoh 19-20)

Firman Alloh  dalam QS: Ar-Ruum 6-7:
"(Sebagai) janji yang sebenarnya dari Alloh. Alloh tidak akan menyalahi janjinya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai."

Seandainya umat manusia tidak lalai saat memperebutkan piala dunia, maka ia akan bahagia saat mendapatkan piala akhirat, piala penghargaan bergengsi dari Alloh  dan seluruh penghuni langit.

Ikhwani fillah, mari kita bertanya pada diri kita sendiri, "Kesebelasan mana yang akan kita dukung saat piala dunia tahun ini?" Setelah pertanyaan itu muncul, apakah kita memperhatikan bahwa mayoritas kesebelasan yang ikut memperebutkan piala dunia ini adalah para musuh-musuh Islam? Dari saat bangun tidur, mereka selalu menemukan istilah sebutan dan penamaan baru untuk merendahkan dan menghina Islam; dan saat matahari terbenam pun mereka selalu memikirkan bagaimana caranya agar mereka bisa menguasai kekayaan kaum muslimin dan meluluhlantakkan negaranya.

Ikhwani, sungguh disayangkan bahwa sebagian orang menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk mendapatkan izin agar bisa me-relay siaran langsung (live) piala dunia, baik secara individu seperti di dalam rumah, atau di tempat-tempat umum sebagaimana yang dilakukan oleh para pengelola hotel, rumah makan, café yang pada akhirnya balasan yang mereka peroleh hanya kerugian baik secara langsung ataupun tidak.

Yang membuat kita keheranan dan sekaligus merasa sedih jika melihat ada orang yang demi piala dunia sampai membeli bendera/jargon/pamflet/logo kesebelasan jagonya; sebagian yang lain membeli kaos yang bergambar bendera kesebelasan yang didukungnya.

Piala dunia lebih besar madhorotnya dari pada manfaatnya, jika ada dari kita yang merasa mendapatkan manfaat dari piala dunia harus dipertanyakan apakah itu memang benar-benar manfaat yang kita harap-harapkan di dunia ini, ataukah hanya kepuasaan sesaat yang didasari pada pemuasan hawa nafsu belaka? Kalau saja kita mau membaca dan melihat kenapa sebagian ulama mengharamkan adanya piala dunia, apa hujjah mereka, niscaya kita akan lebih berhati-hati agar tidak terlalu terbawa oleh suasana piala dunia. Alloho a'lam.

Akhir kalam, seandainya suaraku bisa didengar di seluruh penjuru alam, ingin aku meneriakkan, "Ayyuhal 'Aalam, Qoothi'uu Ka'sal 'Aalam!"

www.bemiyaman.web.id

Ayyuhal 'Aalam, Qoothi'uu Ka'sal Aalam! Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Lukman el-Hakim